Sabtu, 31 Oktober 2009


Kebutuhan remaja yang terinfeksi HIV tidak terpenuhi

Untuk pertama kalinya para ilmuwan menyoroti keadaan yang menyedihkan sehubungan dengan pertumbuhan angka remaja dan anak berusia lebih tua yang hidup dengan HIV dan AIDS tidak terdiagnosis di Afrika. Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, para peneliti Wellcome Trust berpendapat bahwa penundaan mengenali masalah ini berarti bahwa kebutuhan kelompok yang penting ini tidak terpenuhi.

Diperkirakan bahwa pada 2006 setengah juta bayi terinfeksi HIV saat persalinan atau waktu disusui, ditularkan langsung dari ibunya. Ada anggapan bahwa kemungkinan mereka bertahan hidup hingga dewasa sangat rendah. Tetapi, penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti yang berpusat di klinik Connaught di Harare, Zimbabwe, menunjukkan bahwa anak yang berusia lebih tua dan remaja dengan AIDS mempunyai semua ciri-ciri yang dapat dilihat pada orang yang bertahan hidup lama setelah terinfeksi waktu bayi.

“Temuan ini cukup luar biasa,” dikatakan Dr. Liz Corbett, anggota senior klinik pengobatan tropis Wellcome Trust dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, berpusat di Zimbabwe. “Fenomena ketahanan hidup jangka panjang tidak diketahui dengan baik dan hingga belakangan ini dapat dikatakan ditolak secara tegas oleh komunitas HIV internasional karena berpegang kuat pada asumsi bahwa HIV di usia akhir kanak-kanak/remaja sangat tidak lazim, dan bahwa ketahanan hidup dengan HIV sejak lahir hingga masa remaja begitu tidak mungkin tanpa pengobatan, sehingga hampir mustahil. Ini tentu saja tidak sesuai dengan apa yang kami temukan di Zimbabwe dan dengar dari negara tetangga.

“Saat ini mulai disadari bahwa pendapat yang semula adalah keliru dan sebaliknya bahwa kurang lebih satu di antara sepuluh bayi yang terinfeksi – dan mungkin sebanyak satu di antara empat – dapat bertahan hidup hingga masa remaja tanpa diagnosis atau pengobatan.”

Tetapi, diagnosis yang terlambat kemungkinan mempunyai dampak yang bermakna terhadap kesehatan mereka di masa mendatang serta ketahanan hidup jangka panjang, diingatkan para peneliti.

“Diagnosis HIV lebih dini adalah sangat penting,” dikatakan Dr. Rashida Ferrand, anggota pelatihan dan penelitian Wellcome Trust. “Diagnosis yang tertunda berarti bahwa pasien lebih berisiko terhadap pengembangan infeksi oportunistik berat dan dapat terjadi kerusakaan bermakna pada organ tubuh penting yang tidak dapat disembuhkan, misalnya jantung, paru dan juga risiko kematian yang lebih tinggi. Kita juga tahu bahwa efektivitas terapi antiretroviral (ART) lebih rendah apabila dimulai pada pasien dengan penyakit lanjut.”

Dr. Ferrand dan Dr. Corbett berpendapat bahwa ada kebutuhan tambahan layanan khusus untuk anak yang lebih tua dan remaja, untuk menyediakan tes HIV dan layanan kesehatan, konseling serta dukungan yang terjangkau dan bersahabat dan formulasi obat untuk orang dengan berat badan rendah dengan pertumbuhan tubuh mungkin terhalang (menjadi kerdil) akibat HIV yang tidak terdiagnosis.

“Karena pendapat terdahulu yang menyatakan bahwa bayi yang terinfeksi HIV tidak dapat bertahan hidup hingga remaja, maka tidak ada usaha memadai yang dilakukan untuk menyediakan program diagnostik atau pengobatan untuk kelompok usia ini, walau epidemi yang semakin tampak jelas bagi siapa pun yang menyediakan perawatan kesehatan secara rutin di Afrika bagian Selatan atau Timur,” dikatakan Dr. Corbett.

Adalah penting untuk mengetahui bahwa secara tidak langsung anak ini mungkin sudah sangat menderita secara tidak langsung akibat HIV, misalnya menjadi yatim piatu, menjadi miskin dan trauma psikologis akibat penyakit orang tua dan saudara kandung yang berkepanjangan, pendapat Dr. Ferrand.

“Sekadar merawat pasien ini dengan layanan yang ada bukanlah yang ideal karena mereka mempunyai masalah yang unik berdasarkan kelompok usia dan keadaan, belum lagi untuk menghadapi penyakit sendiri,” dia mengatakan. “Hal ini termasuk kurangnya kesadaran terhadap diagnosis mereka sendiri, pubertas dan seksualitas yang muncul, merawat orang tua yang sakit dan menghadapi dampak sosial-ekonomi sebagai yatim piatu. Oleh karena itu, penyediaan perawatan dan pengobatan HIV yang efektif membutuhkan dukungan tambahan dan layanan khusus untuk menangani masalah ini.”

Para peneliti berpendapat bahwa remaja akan mendapat manfaat dari didiagnosis status HIV-nya lebih dini, bantuan pada orang tua atau wali yang mungkin enggan memberi tahu anaknya tentang apa permasalahan mereka; dukungan yang dikhususkan pada remaja untuk memastikan kepatuhan terhadap pengobatan; fokus pada masalah kronis terkait HIV (misalnya bentuk tubuh kerdil dan pubertas yang tertunda) dan kerumitan ART; serta dukungan bagi mereka yang sedang mengalami pubertas atau yang berhubungan seks secara aktif, misalnya konseling tentang pencegahan penularan dan kontrasepsi, dan pengungkapan status kepada pasangan seks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar