Sabtu, 31 Oktober 2009

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi (? - 1967).

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.

Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.


Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata.

Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya orang-orang Hindu dari India pada 100 SM.[rujukan?]

Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India, yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, diantaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (12931500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis, dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi permanen, yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur, dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai mati atau puputan, yang melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah.

Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II, dan saat itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan'. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu menggunakan senjata Jepang.

Pada 20 November 1940, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai, yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya, dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir.

Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum menjadi sebuah propinsi dari Republik Indonesia.

Letusan Gunung Agung yang terjadi di tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia.

Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian di masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.[2]

Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat liputan internasional yang luas karena sebagian besar korbannya adalah wisatawan asing, dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini.

[sunting] Demografi

Lahan sawah di Bali

Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Islam, Protestan, Katolik, dan Buddha.

Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali, dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata.


Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali, dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma; meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang.

Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali, yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, seringkali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai.


Titan adalah bulan terbesar milik Saturnus. Ditemukan pada 25 Maret 1655 oleh ahli astronomi Belanda Christiaan Huygens, dan merupakan satelit pertama di Tata Surya yang ditemukan setelah Bulan Galileo milik Jupiter. Titan adalah salah satu dari sedikit bulan (bersama dengan bulan Saturnus Enceladus) di tata surya kita yang ditemukan mempunyai atmosfer yang signifikan.

Huygens dengan mudah menamakan penemuannya Saturni Luna ("bulan Saturnus"). Belakangan, Jean-Dominique Cassini menamakan empat bulan yang ditemukannya (Tethys, Dione, Rhea dan Iapetus) Sidera Lodoicea ("bintang-bintang Louis") untuk menghormati Raja Louis XIV. Ahli astronomi menjadi terbiasa menyebut mereka Saturnus 1 hingga Saturnus 5. Julukan lain yang dipakai adalah "Satelit Saturnus Huygen" (atau "Huyghenian"), atau "satelit keenam Saturnus" (dalam urutan jaraknya dari Saturnus, saat Mimas dan Enceladus juga ditemukan tahun 1789).

Nama "Titan" dan nama-nama dari ketujuh satelit milik Saturnus kemudian diketahui berasal dari John Herschel (anak dari William Herschel, penemu Mimas dan Enceladus) dalam terbitan 1847nya Results of Astronomical Observations made at the Cape of Good Hope [1], di mana ia mengusulkan nama-nama Titans, saudara kandung dari Cronos (Saturnus Yunani), untuk digunakan
Pusat galaksi di arah rasi Sagitarius. Bintang-bintang utama dalam rasi Sagitarius ditandai dengan titik merah. Tampak bahwa terdapat penampakan seperti bayangan hitam di tengah yang dikelilingi oleh semacam "aura" cemerlang. Bayangan hitam itulah yang menjadi asal usul nama "Bima Sakti".

Bima Sakti (dalam bahasa Inggris Milky Way, yang berasal dari bahasa Latin Via Lactea, diambil lagi dari bahasa Yunani Γαλαξίας Galaxias yang berarti "susu") adalah galaksi spiral yang besar termasuk dalam tipe Hubble SBbc dengan total masa sekitar 1012 massa matahari, yang memiliki 200-400 milyar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan ketebalan 1000 tahun cahaya.[1] Jarak antara matahari dan pusat galaksi diperkirakan 27.700 tahun cahaya. Di dalam galaksi bima sakti terdapat sistem Tata Surya, yang didalamnya terdapat planet Bumi tempat kita tinggal. Diduga di pusat galaksi bersemayam lubang hitam supermasif (black hole). Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang hitam supermasif ini. Tata surya kita memerlukan waktu 225–250 juta tahun untuk menyelesaikan satu orbit, jadi telah 20–25 kali mengitari pusat galaksi dari sejak saat terbentuknya. Kecepatan orbit tata surya adalah 217 km/d.

Di dalam bahasa Indonesia, istilah "Bima Sakti" berasal dari tokoh berkulit hitam dalam pewayangan, yaitu Bima. Istilah ini muncul karena orang Jawa kuno melihatnya sebagai bayangan hitam yang dikelilingi semacam "aura" cemerlang. Sementara itu, masyarakat Barat menyebutnya "milky way" sebab mereka melihatnya sebagai pita kabut bercahaya putih yang membentang pada bola langit. Pita kabut atau "aura" cemerlang ini sebenarnya adalah kumpulan jutaan bintang dan juga sevolume besar debu dan gas yang terletak di piringan/bidang galaksi. Pita ini tampak paling terang di sekitar rasi Sagitarius, dan lokasi tersebut memang diyakini sebagai pusat galaksi.

Diperkirakan ada 4 spiral utama dan 2 yang lebih kecil yang bermula dari tengah galaksi. Dan dinamakan sebagai berikut:


Biografi :
Manohara Odelia Pinot adalah model belia kelahiran Jakarta, 28 Februari 1992. Lahir dari seorang ibu keturunan bangsawan Bugis, Daisy Fajarina dan ayah berkebangsaan Perancis, Reiner Pinot Noack, tak heran jika Manohara, nama panggilannya, mewarisi wajah dan bentuk tubuh yang rupawan.

Namanya mulai melambung saat masuk ke dalam daftar 100 Pesona Indonesia oleh Majalah Harper's Bazaar. Di usia yang masih belia ia sudah memiliki cita-cita mulia, yakni mempunyai sebuah yayasan sosial, guna membantu sesamanya yang kurang mampu.

Sayangnya kehidupan model yang menyukai belajar bahasa dan seni ini tak seindah yang dibayangkan sebelumnya. Manohara harus menikah muda dengan seorang pangeran dari Malaysia, Tengku Muhammad Fakhry di usianya yang masih 16 tahun.

Hal ini bermula dari pertemuan Manohara dengan Tengku Fakhry di bulan Desember 2006. Mereka dipertemukan dalam acara jamuan makan malam. Dari situlah, sang pangeran jatuh hati. Meski terpaut selisih usia, namun akhirnya kedua insan ini berpacaran dengan seijin ibunda Manohara, Daisy.

Tak lama setelah itu, Tengku Fakhry menyatakan keinginannya untuk memperistri mantan kekasih Ardie Bakri ini. Pada 17 Agustus 2008, Manohara beserta keluarga berangkat ke Malaysia atas undangan keluarga Tengku Fakhry.

Meski terkesan terlalu cepat dan sempat tidak menyetujui, namun akhirnya pasangan ini menikah pada 26 Agustus 2008. Ternyata pernikahan ini tak seindah bayangan sang Bunda, Daisy. Manohara ternyata tak bahagia dan kabur ke Jakarta melalui Singapura pada akhir 2008.

Mengetahui sang istri kabur, Tengku Fakhri berusaha membujuk sang istri untuk kembali pulang. Tak tanggung-tanggung, sang pangeran menghadiahi Manohara dengan sebuah mobil di hari ulang tahun Manohara pada 25 Februari 2009.

Tak hanya membujuk sang istri, Tengku Fakhry berusaha mengambil hati keluarga Manohara pula. Sang pangeran mengajak Manohara beserta keluarga untuk umroh di akhir Februari 2009. Di sinilah mulai terjadi peristiwa yang membuat sang bunda kalang kabut. Saat pulang, keluarga Manohara ditinggal begitu saja, sedang Manohara dan sang suami sudah dinaikkan ke pesawat.

Sekembalinya ke tanah air, pada pertengahan Maret 2009, Daisy melaporkan kejadian ini kepada Raja Kelantan, Malaysia namun tidak ada respon hingga saat ini. Bahkan Daisy mendapatkan pencekalan di Malaysia.

Kebutuhan remaja yang terinfeksi HIV tidak terpenuhi

Untuk pertama kalinya para ilmuwan menyoroti keadaan yang menyedihkan sehubungan dengan pertumbuhan angka remaja dan anak berusia lebih tua yang hidup dengan HIV dan AIDS tidak terdiagnosis di Afrika. Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, para peneliti Wellcome Trust berpendapat bahwa penundaan mengenali masalah ini berarti bahwa kebutuhan kelompok yang penting ini tidak terpenuhi.

Diperkirakan bahwa pada 2006 setengah juta bayi terinfeksi HIV saat persalinan atau waktu disusui, ditularkan langsung dari ibunya. Ada anggapan bahwa kemungkinan mereka bertahan hidup hingga dewasa sangat rendah. Tetapi, penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti yang berpusat di klinik Connaught di Harare, Zimbabwe, menunjukkan bahwa anak yang berusia lebih tua dan remaja dengan AIDS mempunyai semua ciri-ciri yang dapat dilihat pada orang yang bertahan hidup lama setelah terinfeksi waktu bayi.

“Temuan ini cukup luar biasa,” dikatakan Dr. Liz Corbett, anggota senior klinik pengobatan tropis Wellcome Trust dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, berpusat di Zimbabwe. “Fenomena ketahanan hidup jangka panjang tidak diketahui dengan baik dan hingga belakangan ini dapat dikatakan ditolak secara tegas oleh komunitas HIV internasional karena berpegang kuat pada asumsi bahwa HIV di usia akhir kanak-kanak/remaja sangat tidak lazim, dan bahwa ketahanan hidup dengan HIV sejak lahir hingga masa remaja begitu tidak mungkin tanpa pengobatan, sehingga hampir mustahil. Ini tentu saja tidak sesuai dengan apa yang kami temukan di Zimbabwe dan dengar dari negara tetangga.

“Saat ini mulai disadari bahwa pendapat yang semula adalah keliru dan sebaliknya bahwa kurang lebih satu di antara sepuluh bayi yang terinfeksi – dan mungkin sebanyak satu di antara empat – dapat bertahan hidup hingga masa remaja tanpa diagnosis atau pengobatan.”

Tetapi, diagnosis yang terlambat kemungkinan mempunyai dampak yang bermakna terhadap kesehatan mereka di masa mendatang serta ketahanan hidup jangka panjang, diingatkan para peneliti.

“Diagnosis HIV lebih dini adalah sangat penting,” dikatakan Dr. Rashida Ferrand, anggota pelatihan dan penelitian Wellcome Trust. “Diagnosis yang tertunda berarti bahwa pasien lebih berisiko terhadap pengembangan infeksi oportunistik berat dan dapat terjadi kerusakaan bermakna pada organ tubuh penting yang tidak dapat disembuhkan, misalnya jantung, paru dan juga risiko kematian yang lebih tinggi. Kita juga tahu bahwa efektivitas terapi antiretroviral (ART) lebih rendah apabila dimulai pada pasien dengan penyakit lanjut.”

Dr. Ferrand dan Dr. Corbett berpendapat bahwa ada kebutuhan tambahan layanan khusus untuk anak yang lebih tua dan remaja, untuk menyediakan tes HIV dan layanan kesehatan, konseling serta dukungan yang terjangkau dan bersahabat dan formulasi obat untuk orang dengan berat badan rendah dengan pertumbuhan tubuh mungkin terhalang (menjadi kerdil) akibat HIV yang tidak terdiagnosis.

“Karena pendapat terdahulu yang menyatakan bahwa bayi yang terinfeksi HIV tidak dapat bertahan hidup hingga remaja, maka tidak ada usaha memadai yang dilakukan untuk menyediakan program diagnostik atau pengobatan untuk kelompok usia ini, walau epidemi yang semakin tampak jelas bagi siapa pun yang menyediakan perawatan kesehatan secara rutin di Afrika bagian Selatan atau Timur,” dikatakan Dr. Corbett.

Adalah penting untuk mengetahui bahwa secara tidak langsung anak ini mungkin sudah sangat menderita secara tidak langsung akibat HIV, misalnya menjadi yatim piatu, menjadi miskin dan trauma psikologis akibat penyakit orang tua dan saudara kandung yang berkepanjangan, pendapat Dr. Ferrand.

“Sekadar merawat pasien ini dengan layanan yang ada bukanlah yang ideal karena mereka mempunyai masalah yang unik berdasarkan kelompok usia dan keadaan, belum lagi untuk menghadapi penyakit sendiri,” dia mengatakan. “Hal ini termasuk kurangnya kesadaran terhadap diagnosis mereka sendiri, pubertas dan seksualitas yang muncul, merawat orang tua yang sakit dan menghadapi dampak sosial-ekonomi sebagai yatim piatu. Oleh karena itu, penyediaan perawatan dan pengobatan HIV yang efektif membutuhkan dukungan tambahan dan layanan khusus untuk menangani masalah ini.”

Para peneliti berpendapat bahwa remaja akan mendapat manfaat dari didiagnosis status HIV-nya lebih dini, bantuan pada orang tua atau wali yang mungkin enggan memberi tahu anaknya tentang apa permasalahan mereka; dukungan yang dikhususkan pada remaja untuk memastikan kepatuhan terhadap pengobatan; fokus pada masalah kronis terkait HIV (misalnya bentuk tubuh kerdil dan pubertas yang tertunda) dan kerumitan ART; serta dukungan bagi mereka yang sedang mengalami pubertas atau yang berhubungan seks secara aktif, misalnya konseling tentang pencegahan penularan dan kontrasepsi, dan pengungkapan status kepada pasangan seks.

Jumat, 09 Oktober 2009

PERANGKAT KERAS UNTUK AKSES INTERNET

1. PERANGKAT KERAS UNTUK AKSES INTERNET

Perangkat keras yang dibutuhkan untuk menghubungkan suatu komputer pribadi ke internet yaitu sebagai berikut:
a. komputer,yang digunakan sebagai media untuk melakukan komunikasi
b. modem, yaitu penghubung komputer dengan saluran telepon
c. webcam, mic, speker, digunakan jika anda akan melakukan komunikasi tatap muka









Adapun cara koneksi internet di Indonesia yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
a. dial-up, diakses melalui modem dengan variasi kecepatan mulai14,4 kbps hingga 56 kbps
b. DSL (Digital Subciber Line), ISGN (Integreted System Digital Network), dan VSAT( Very Small Aparture Terminal) merupakanlayanan-layanan internet yang memberikan kecepatantransmisilebih cepat dari dial-up. oleh karena itu, layanan-layanan yang mahal tersebut biasanya dipakai perusahaan-perusahaan besar atau institut pemerintahan.
c. GPRS (General Packet Radio Service) yang merupakan satu standar komunikasi nirkabel., yaitu WAP(Wireless Aplication Protocol) yang memiliki kecepatan 9,6 kbps.




manfaat vitamin c



efek ruah kaca

Mengenal Efek Rumah Kaca

January 23, 2007 · 18 Comments




erk.jpgIstilah Efek Rumah Kaca (green house effect) berasal dari pengalaman para petani di daerah iklim sedang yang menanam sayur-mayur dan bunga-bungaan di dalam rumah kaca. Yang terjadi dengan rumah kaca ini, cahaya matahari menembus kaca dan dipantulkan kembali oleh benda-benda dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah. Namun gelombang panas itu terperangkap di dalam ruangan kaca serta tidak bercampur dengan udara dingin di luarnya. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di luarnya. Inilah gambaran sederhana terjadinya efek rumah kaca (ERK).

Pengalaman petani di atas kemudian dikaitkan dengan apa yang terjadi pada bumi dan atmosfir. Lapisan atmosfir terdiri dari, berturut-turut: troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah (troposfir) adalah yang yang terpenting dalam kasus ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.

Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca.

Seandainya tidak ada ERK, suhu rata-rata bumi akan sekitar minus 180 C — terlalu dingin untuk kehidupan manusia. Dengan adanya ERK, suhu rata-rata bumi 330 C lebih tinggi, yaitu 150C. Jadi, ERK membuat suhu bumi sesuai untuk kehidupan manusia.

Namun, ketika pancaran kembali sinar inframerah terperangkap oleh CO2 dan gas lainnya, maka sinar inframerah akan kembali memantul ke bumi dan suhu bumi menjadi naik. Dibandingkan tahun 50-an misalnya, kini suhu bumi telah naik sekitar 0,20 C lebih.

global warming


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemanasan global menimbulkan bencana besar bagi kesehatan. Negara di kawasan tropis paling rawan terkena dampaknya.

Kepedulian terhadap dampak kesehatan itu disuarakan belasan profesional yang tergabung dalam organisasi bidang kesehatan di dunia. Mereka menyatakan keprihatinannya, antara lain melalui publikasi dalam jurnal The Lancet dan British Medical Journal, baru-baru ini.

Keprihatinan itu diutarakan terkait Pertemuan Para Pihak Ke-15 (COP-15) Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNCCC) di Kopenhagen, Denmark, Desember mendatang.

Dalam publikasi itu, para dokter dan profesi kesehatan lain berpandangan, kegagalan mencapai kesepakatan dalam negosiasi perubahan iklim di Kopenhagen akan mendatangkan bencana kesehatan global. Negara-negara tropis yang sebagian besar negara berkembang, dengan kondisi kesehatan yang sudah memprihatinkan, akan menerima akibat yang paling besar.

Berbagai penyakit

Menurut ahli kesehatan masyarakat dari Depkes Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, I Made Jaya, pekan lalu, pemanasan global merupakan akibat dari rangkaian fenomena yang saling kait, antara lain pertambahan penduduk, peningkatan permintaan sumber daya alam, industrialisasi, konsumsi BBM, emisi, peningkatan suhu, mencairnya es, makin tingginya uap air, dan perubahan arah angin muson.

Dia mencontohkan, dengan pemanasan global, amplitudo suhu makin besar. Di siang hari, suhu dapat lebih panas dan lebih dingin di malam hari, tergantung daerahnya. Kondisi itu saja menyebabkan daya tahan tubuh rawan menurun sehingga manusia mudah terjangkit penyakit.

Hal yang lebih mengkhawatirkan, makin merebaknya penyakit akibat perubahan musim. ”Dulu, cacar air biasanya pada September dan Oktober. Masuk musim hujan, pertumbuhan jamur dan virus makin mudah. Namun, kini, sepanjang tahun terdapat kasus itu,” ujarnya.

Kelangkaan sumber air akibat ketidakteraturan musim dan kegagalan manajemen air akan berpengaruh terhadap kelangkaan pangan dan penyakit kurang gizi. Agen penyakit juga gampang bermutasi. Hal ini, misalnya, terlihat dengan kemunculan kasus flu burung dan influenza A (H1N1). Virus corona, misalnya, bermutasi sehingga menyebabkan SARS.

Banyak kawasan menghangat sehingga parasit pembawa penyakit, seperti nyamuk, menyebar ke daerah baru yang tak siap dengan kedatangan pembawa penyakit itu. (BBC/ AFP/ National Geographics/INE)